INFOPBGCOM, PURBALINGGA - Prestasi luar biasa ditorehkan oleh Aan Rehan, siswa kelas 12 SMK Mamb'aul 'Ulum Tunjungmuli (SMK MUTU) jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH). Di usianya yang masih muda, Aan berhasil menemukan berbagai celah keamanan (*vulnerability*) di situs-situs milik instansi pemerintah, swasta, dan akademisi semuanya hanya bermodalkan sebuah handphone.
Ketertarikan Aan pada dunia keamanan siber bermula saat terjadi berbagai insiden kebocoran data besar-besaran di tahun 2024. Ia merasa prihatin dengan banyaknya data pribadi masyarakat yang disalahgunakan, dan sejak saat itu mulai mempelajari dunia *cybersecurity* secara otodidak. Berbekal rasa ingin tahu dan semangat belajar yang tinggi, Aan mendalami teknik *ethical hacking* melalui berbagai sumber online, meskipun tanpa latar belakang pendidikan di bidang teknologi.
Di sela-sela kegiatan belajarnya di jurusan agribisnis, Aan rutin melakukan penelusuran keamanan pada berbagai situs penting. Ia mempraktikkan cara-cara aman dan etis dalam mengidentifikasi potensi celah, lalu melaporkannya melalui mekanisme *responsible disclosure*.
Dari hasil upayanya, Aan telah mendapatkan berbagai bentuk apresiasi, mulai dari sertifikat hingga pencantuman namanya di halaman *Hall of Fame (HOF)* dari sejumlah institusi, antara lain:
- Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (UNTAG)
- Universitas Teknokrat Indonesia
- Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
- Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
- Pemerintah Kota Yogyakarta
- Pemerintah Kota Bekasi
- Pemerintah Kota Cimahi
- Pemerintah Kota Magelang
- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
- Pemerintah Kabupaten Bantul
- Pemerintah Kabupaten Sukoharjo
- Pemerintah Kabupaten Mesuji
- Pemerintah Kabupaten Purbalingga
- PT Transjakarta
- Pemerintah Desa Lawatan
Menariknya, Aan juga pernah melaporkan kerentanan keamanan pada situs resmi Universitas Harvard, salah satu institusi pendidikan paling bergengsi di dunia. Namun, sayangnya program bug bounty milik Harvard sedang ditutup sementara saat Aan mengirimkan laporannya, dan hingga saat ini ia belum mendapatkan balasan resmi dari pihak universitas. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Aan untuk terus belajar dan berkontribusi dalam dunia keamanan siber.
“Tujuan saya bukan semata-mata untuk mendapatkan sertifikat atau pengakuan, tapi lebih kepada menjaga agar sistem penting tidak disalahgunakan. Bisa ikut berkontribusi saja saya sudah bersyukur,” ujar Aan.
Kisah Aan Rehan menjadi bukti bahwa keterbatasan alat bukanlah penghalang untuk berprestasi. Dengan semangat belajar, rasa ingin tahu, dan tekad kuat, Aan telah menunjukkan bahwa pelajar dari daerah pun mampu memberikan dampak besar di dunia teknologi dan keamanan digital.
Aan sendiri berharap dapat terus berkontribusi dalam menjaga keamanan digital di Indonesia serta mengembangkan kemampuannya lebih jauh di bidang keamanan teknologi.
Ketertarikan Aan pada dunia keamanan siber bermula saat terjadi berbagai insiden kebocoran data besar-besaran di tahun 2024. Ia merasa prihatin dengan banyaknya data pribadi masyarakat yang disalahgunakan, dan sejak saat itu mulai mempelajari dunia *cybersecurity* secara otodidak. Berbekal rasa ingin tahu dan semangat belajar yang tinggi, Aan mendalami teknik *ethical hacking* melalui berbagai sumber online, meskipun tanpa latar belakang pendidikan di bidang teknologi.
Di sela-sela kegiatan belajarnya di jurusan agribisnis, Aan rutin melakukan penelusuran keamanan pada berbagai situs penting. Ia mempraktikkan cara-cara aman dan etis dalam mengidentifikasi potensi celah, lalu melaporkannya melalui mekanisme *responsible disclosure*.
Dari hasil upayanya, Aan telah mendapatkan berbagai bentuk apresiasi, mulai dari sertifikat hingga pencantuman namanya di halaman *Hall of Fame (HOF)* dari sejumlah institusi, antara lain:
- Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (UNTAG)
- Universitas Teknokrat Indonesia
- Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
- Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
- Pemerintah Kota Yogyakarta
- Pemerintah Kota Bekasi
- Pemerintah Kota Cimahi
- Pemerintah Kota Magelang
- Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
- Pemerintah Kabupaten Bantul
- Pemerintah Kabupaten Sukoharjo
- Pemerintah Kabupaten Mesuji
- Pemerintah Kabupaten Purbalingga
- PT Transjakarta
- Pemerintah Desa Lawatan
Menariknya, Aan juga pernah melaporkan kerentanan keamanan pada situs resmi Universitas Harvard, salah satu institusi pendidikan paling bergengsi di dunia. Namun, sayangnya program bug bounty milik Harvard sedang ditutup sementara saat Aan mengirimkan laporannya, dan hingga saat ini ia belum mendapatkan balasan resmi dari pihak universitas. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Aan untuk terus belajar dan berkontribusi dalam dunia keamanan siber.
“Tujuan saya bukan semata-mata untuk mendapatkan sertifikat atau pengakuan, tapi lebih kepada menjaga agar sistem penting tidak disalahgunakan. Bisa ikut berkontribusi saja saya sudah bersyukur,” ujar Aan.
Kisah Aan Rehan menjadi bukti bahwa keterbatasan alat bukanlah penghalang untuk berprestasi. Dengan semangat belajar, rasa ingin tahu, dan tekad kuat, Aan telah menunjukkan bahwa pelajar dari daerah pun mampu memberikan dampak besar di dunia teknologi dan keamanan digital.
Aan sendiri berharap dapat terus berkontribusi dalam menjaga keamanan digital di Indonesia serta mengembangkan kemampuannya lebih jauh di bidang keamanan teknologi.